Takbir Id
Pada shalat Idul Fitri, disunnahkan mengumandangkan takbir, Allah berfirman, "...Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur..." (Al-Baqarah : 185).
Takbir ini dimulai dari terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Ramadhan, saat berangkat ke lokasi shalat Id juga dianjurkan mengumandangkan takbir, hingga tiba di mushalla (lokasi shalat), kemudian melanjutkan takbirnya, hingga datang Imam. Mengumandangkan takbir pada hari Idul Fitri sangat ditekankan, berdasarkan firman Allah Ta،¦ala di atas.
Untuk hari Idul Adha, ditambahkan lagi syariat takbir muqayyad, yakni yang ditentukan waktunya, yaitu takbir yang disyariatkan untuk dikumandangkan setiap usai shalat wajib berjama،¦ah. Imam berpaling ke arah para makmum, lalu imam bertakbir dan makmum pun mengikuti takbir tersebut. Allah berfirman,ƒ¤ ،§Dan ingatlah Allah pada hari-hari yang tertentu...،¨ (Al-Baqarah : 203). Yakni pada hari-hari Tasyriq.
Dalam hadits Jabir, ،§Usai shalat Shubuh pada hari Arafah, Nabi saw langsung mengucapkan, Allaahu Akbar.،¨ Diriwayatkan oleh ad-Daaruquthni no. 1719.
Dalam lafazh yang lain, disebutkan, ،§Usai shalat Shubuh pada hari Arafah, beliau menghadap ke arah makmum sambil bersabda, ،¥Tetaplah kalian di tempat.،¦ Lalu beliau mengucapkan, ،§Allahhu akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illalah, wallaahu akbar, wa lillahilhamd...،¨ Diriwayatkan oleh ad-Daraquthni dari Jabir no 1721..
Takbir muqayyad atau yang ditentukan waktunya tersebut dilakukan setiap habis shalat wajib. Bagi orang yang tidak sedang menunaikan ibadah haji, di mulai dari shalat Shubuh hari Arafah, hingga Ashar di akhir hari Tasyriq. Wallahu a'lam.
Indonesia on Facebook:
FaceBook on
Shubuh | 04:13 |
Terbit Fajar | 05:25 |
Dzuhur | 11:37 |
Ashar | 14:58 |
Maghrib | 17:49 |
Isya | 18:57 |
Jadwal Sholat
Silahkan klik link ini :
FaceBook komunitas islam belajar bersama-sama ilmu agama
FaceBook komunitas islam belajar bersama-sama ilmu agama
Joint FaceBook
Seseorang bertanya kepada Nabi SAW, "Ya Rasulullah, terangkan kepadaku, apa yang paling berat dan apa yang paling ringan dalam beragama Islam?"
Nabi bersabda, "Yang paling ringan dalam beragama Islam ialah membaca syahadat atau kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah."
"Sedang yang paling berat adalah hidup jujur (dapat dipercaya). Sesungguhnya, tidak ada agama bagi orang yang tidak jujur. Bahkan, tidak ada shalat dan tidak ada zakat bagi mereka yang tidak jujur." (HR Ahmad Bazzar).
Kalau seseorang itu beriman, mestinya ia yang jujur. Kalau tidak jujur, berarti tidak beriman. Kalau orang rajin shalat, mestinya juga jujur. Kalau tidak jujur, berarti sia-sialah shalatnya. Kalau orang sudah berzakat, mestinya ia juga jujur. Kalau tidak jujur, berarti zakatnya tidak memberi dampak positif bagi dirinya.
Anas RA berkata, "Dalam hampir setiap khutbahnya, Nabi SAW selalu berpesan tentang kejujuran. Beliau bersabda, 'Tidak ada iman bagi orang yang tidak jujur. Tidak ada agama bagi orang yang tidak konsisten memenuhi janji'."
HR Ahmad Bazzar Thobaroni menyebutkan sahabat Abu Hurairah RA berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Ciri orang munafik itu ada tiga, yaitu bicara dusta, berjanji palsu, dan ia berkhianat jika mendapat amanat (tidak jujur)'." (HR Bukhari).
Abdullah bin Utsman berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Ada empat sikap yang kalau ada pada diri seseorang maka yang bersangkutan adalah munafik tulen, yaitu kalau dapat amanat, ia berkhianat (tidak jujur); kalau berkata, selalu bohong; kalau berjanji, janjinya palsu; kalau berbisnis, licik'." (HR Bukhari Muslim).
Orang jujur itu disayangi Allah. Dan, orang yang tidak jujur dimurkai Allah SWT. Kejujuran menjadi salah satu sifat utama para Nabi, salah satu akhlak penting orang-orang yang saleh.
Kejujuran adalah kunci keberkahan. Kalau kejujuran sudah hilang di tengah-tengah masyarakat, keberkahannya pun akan hilang pula. Dan, apabila keberkahan sudah hilang, kehidupan menjadi kering, hampa tanpa makna.
Kehidupan diwarnai dengan kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan, kecemasan, dan kekecewaan karena sulit mencari manusia yang jujur.
Nabi bersabda, "Yang paling ringan dalam beragama Islam ialah membaca syahadat atau kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah."
"Sedang yang paling berat adalah hidup jujur (dapat dipercaya). Sesungguhnya, tidak ada agama bagi orang yang tidak jujur. Bahkan, tidak ada shalat dan tidak ada zakat bagi mereka yang tidak jujur." (HR Ahmad Bazzar).
Kalau seseorang itu beriman, mestinya ia yang jujur. Kalau tidak jujur, berarti tidak beriman. Kalau orang rajin shalat, mestinya juga jujur. Kalau tidak jujur, berarti sia-sialah shalatnya. Kalau orang sudah berzakat, mestinya ia juga jujur. Kalau tidak jujur, berarti zakatnya tidak memberi dampak positif bagi dirinya.
Anas RA berkata, "Dalam hampir setiap khutbahnya, Nabi SAW selalu berpesan tentang kejujuran. Beliau bersabda, 'Tidak ada iman bagi orang yang tidak jujur. Tidak ada agama bagi orang yang tidak konsisten memenuhi janji'."
HR Ahmad Bazzar Thobaroni menyebutkan sahabat Abu Hurairah RA berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Ciri orang munafik itu ada tiga, yaitu bicara dusta, berjanji palsu, dan ia berkhianat jika mendapat amanat (tidak jujur)'." (HR Bukhari).
Abdullah bin Utsman berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Ada empat sikap yang kalau ada pada diri seseorang maka yang bersangkutan adalah munafik tulen, yaitu kalau dapat amanat, ia berkhianat (tidak jujur); kalau berkata, selalu bohong; kalau berjanji, janjinya palsu; kalau berbisnis, licik'." (HR Bukhari Muslim).
Orang jujur itu disayangi Allah. Dan, orang yang tidak jujur dimurkai Allah SWT. Kejujuran menjadi salah satu sifat utama para Nabi, salah satu akhlak penting orang-orang yang saleh.
Kejujuran adalah kunci keberkahan. Kalau kejujuran sudah hilang di tengah-tengah masyarakat, keberkahannya pun akan hilang pula. Dan, apabila keberkahan sudah hilang, kehidupan menjadi kering, hampa tanpa makna.
Kehidupan diwarnai dengan kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan, kecemasan, dan kekecewaan karena sulit mencari manusia yang jujur.